Sangat
banyak pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional yang berpengaruh pada
perubahan-perubahan yang ada di negeri ini. Reformasi ‘98 dan Mahasiswa. Dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam
peristiwa bersejarah tersebut. Namun, mahasiswa tidak hanya melakukan aksinya
pada reformasi ’98. Tahun-tahun sebelumnya juga banyak aksi-aksi besar yang
sudah dilakukan oleh para mahasiswa.
1928
Para
motor penggerak era ini adalah pemuda Indonesia yang berasal dari kelas
menengah, cerdas, berkecukupan secara ekonomi, dan terdidik. Mereka bergerak,
berani mengambil resiko, hanya karena satu alasan dan untuk satu tujuan, yaitu
"Indonesia" sebagai bangsa, negara, dan bahasa.
Akhir 1950 sampai
1960-an
Pada era
inilah Soe Hoek Gie dan kawan-kawan beraksi, menggulingkan era Soekarno, yang
pada akhirnya digantikan menjadi "Rezim Soeharto". Gie menolak duduk
di kursi parlemen, seperti yang dilakukan beberapa teman. Pembelajaran dari
pergerakan mahasiswa era ini adalah jangan pernah menuntut suatu sistem untuk
berubah, tanpa "si perubah" itu bekerja di dalamnya. Yang dipercaya
belum tentu mengerti "esensi" perubahan itu sendiri. Gie memang
sangat konsisten dengan prinsipnya "lebih baik mati dalam keterasingan,
daripada hidup dalam kemunafikan”. Dan tidak semua orang atau mahasiswa bisa
konsisten dengan prinsipnya, apalagi dalam keadaan seperti pada waktu itu.
1978
Pada
Rezim Soeharto militer menjadi kekuatan yang super power. Dwi fungsi ABRI. ABRI menjalankan fungsi pertahanan
dan keamanan sekaligus, padahal keduanya jelas berbeda. Pertahanan jelas kepada
kekuatan lapangan, defensive dan identik dengan "persiapan jika kita harus
berperang karena diserang", sedangkan keamanan lebih pada menjaga
ketertiban masyarakat, mengayomi, serta security. Pada masa itu ABRI pun boleh
menjadi bagian kelengkapan negara, padahal ABRI seharusnya menjadi aparatur negara.
Pemerintah,
yang identik dengan kekuatan militer, memberanggus kebebasan mahasiswa untuk
berpikir dan berkumpul. terjadi masa-masa frustasi, dimana pergerakan lebih
banyak dilakukan secara diam-diam dan tersembunyi.
Dapat
dibayangkan seperti apa keadaan pada waktu itu, walaupun kemungkinan besar
keadaan pada saat itu lebih parah dari apa yang kita bayangkan sekarang. Namun
para mahasiswa tetap gigih pada prinsip dan tujuan mereka untuk mencapai
Indonesia yang lebih baik.
1980 sampai 1990
Pada
era ini, mahasiswa sangat aktif berdiskusi dalam kelompok kecil, secara diam-diam,
pergerakan dilakukan secara "bergerilya" karena sebegitu dilarangnya
terjadi pergolakan dalam pemerintahan. Mahasiswa melakukan tukar-menukar buku
berkonten ideologi kritis yang mana menuntut adanya perubahan secara nyata,
peran secara nyata, bukan hanya teori belaka.
1996
Titik
kulminasi, saat kantor salah satu partai politik diserang, dengan alasan yang
sangat politis. Tetapi pergerakan pada saat itu mengalami kegagalan.
1997
3000
mahasiswa UGM turun ke jalan, sebuah sejarah besar, bagi Indonesia dan UGM
sendiri. Basecamp pergerakan
mahasiswa terpusat pada tiga titik pada saat itu, yakni di UI (Keluarga Besar
UI, tandingan BEM UI yang "dikontrol" pemerintah), ITB, dan IPB.
1998
April-Desember
ribuan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan. Bukan hanya pergerakan
mahasiswa, namun pergerakan sosial. Di tengah perjuangan para demonstran yang
menuntut keadilan (atas tragedi Semanggi dan Trisakti), menuntut reformasi
Indonesia, sekolompok ibu-ibu membuat nasi bungkus untuk makanan demonstran,
tim relawan turun ke jalan, ke rumah-rumah untuk membantu rehabilitasi kejiwaan
keluarga korban. Inilah titik puncak perjuangan mahasiswa, perjuangan rakyat
Indonesia, dalam memperjuangkan keadilan dan keinginannya untuk merdeka dan
maju.
Dari
beberapa contoh di atas, dapat dilihat bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa
memang sudah sangat nyata dan jelas sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan
sebelum Indonesia merdeka. Mahasiswa bukan hanya melakukan pergerakan untuk
melawan masalah-masalah atau hal-hal yang kecil saja, mahasiswa juga tidak
hanya sekedar melakukan aksi, tapi mahasiswa melakukan itu semua karena adanya
prinsip, tujuan, cita-cita, dan hal-hal penting lain yang dijadikan alasan.
Mahasiswa UGM juga berperan dalam pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional.
Seperti contoh di atas, saat 3000 mahasiswa UGM turun ke jalan, itu adalah
sebuah bukti bahwa mahasiswa UGM sendiri juga ikut berpartisipasi di dalam
pergerakan mahasiswa nasional.
-Rafika
Fitri Qonita-