Untuk tugas minggu kedua ini soal
‘Pergerakan Mahasiswa UGM’. Ga banyak sih yang bisa aku masukin di sini. Tapi
ga papa lah yaa daripada ga ada sama sekali. Selamat membacaaa ^^
Sebelum membahas tentang pergerakan
mahasiswanya, kita perlu tau dulu, apa sih BEM KM UGM itu?
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) adalah organisasi intra kampus
yang berdiri sejak tahun 1991. BEM KM UGM merupakan transformasi dari SMPT yang
dievolusikan menjadi pemerintahan mahasiswa dan semenjak tahun 1998 memiliki
perangkat negara mahasiswa yang lengkap. BEM KM UGM tahun 2012 memiliki kabinet
Cinta, Cita, dan Karya yang dipimpin oleh Giovanni van Empel, mahasiswa FK UGM
angkatan 2008. Sebagai gerakan mahasiswa dan organisasi mahasiswa, BEM KM UGM
2012 berusaha untuk mewujudkan pembangunan jati diri mahasiswa Gadjah Mada yang
memiliki semangat perbaikan Indonesia dan UGM lewat cinta, cita, dan karya
Setelah tahu sedikit tentang BEM KM
UGM, kita beralih ke salah satu kabar tentang mundurnya BEM KM UGM dari BEM SI.
Memang hal ini sudah lumayan lama. Tapi mungkin masih ada beberapa orang,
terutama mahasiswa-mahasiswa UGM yang belum mengetahuinya. Dari berita yang
didengar, BEM KM UGM mundur dari BEM SI dikarenakan metode keduanya yang berbeda.
Mungkin ada sedikit ketidakcocokan di antara keduanya, atau prinsip yang
berbeda. Namun hal ini tidak membuat sesuatu yang ‘wow’ dari para anggotanya.
Karena BEM SI sendiri adalah sebuah aliansi, bukan organisasi, dan sifatnya
terbuka, sehingga memungkinkan BEM universitas manapun untuk masuk dan keluar.
Mahasiswa sudah terkenal dengan
berbagai aksinya. Begitu pula dengan mahasiswa UGM sendiri. Sudah banyak
aksi-aksi yang dilakukan. Sebagai contoh adalah aksi BEM KM UGM bulan Maret
yang lalu tentang pemilihan rektor UGM.
Puluhan mahasiswa yang tergabung
dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM, melakukan aksi
longmarch dari kawasan bundaran UGM menuju gedung Rektorat, Jumat, 9 Maret 2012. Aksi ini dimaksudkan
sebagai bentuk pengawalan proses pemilihan rektor UGM 2012.
Koordinator aksi, Ahmad Rizky M.
Umar, menuturkan, pemilihan rektor UGM merupakan momentum penting bagi kampus
UGM di tengah nuansa transformasi dan modernisasi kampus yang menuai banyak kontorversi.
Untuk itu, para mahasiswa melakukan konsolidasi dan kesatuan gerak untuk
mendorong agar pada proses pemilihan rektor tersebut kepentingan mahasiswa bisa
menjadi prioritas.
Setelah rangkaian rapat konsolidasi
dan survey di dunia maya terhadap 400 responden, BEM KM UGM dan lembaga se-UGM
merumuskan 8 cita untuk Gajah Mada yang terdiri dari 8 poin tuntutan mahasiswa.
Tuntutan tersebut ditujukan pada siapapun rektor yang nantinya terpilih.
Poin tuntutan tersebut, di antaranya
transparansi dan akuntabilitas, pendidikan karakter, pemerataan akses
pendidikan, biaya kuliah berkeadilan, reformasi birokrasi, good university
governance, evaluasi akademik, pembukaan ruang publik dan komunikasi.
Selain itu, ada aksi lain mengenai
pemilihan rektor beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Garpu (Gerakan
Mahasiswa Peduli UGM), yang menggelar aksi menggugat Pemilihan Rektor (Pilrek)
UGM pada hari Rabu, 14 Maret 2012.
Aksi dilakukan sejak pukul 08.00 WIB
dari Bundaran UGM. Dalam aksinya, Garpu membawa tiga keranda mayat sebagai
simbol kematian demokrasi yang ada di UGM. Humas Aksi, Padhu mengungkapkan,
pihaknya sangat kecewa dengan kinerja Panitia Ad-Hoc dan Majelis Wali Amanah
dalam prosesi pemilihan rektor pada waktu itu. Pasalnya, PAH dan MWA dinilai
tidak serius menggelar perhelatan mencari sosok orang nomor satu di UGM
tersebut.
Dalam orasinya, ia menyatakan bahwa
PHA menerapkan dualisme peraturan terkait pemilihan rektor kali ini. Hal ini
dibuktikan dengan adanya keputusan pembatasan usia calon rektor UGM. Selain
itu, PAH dan MWA tidak serius untuk menyelenggarakan Pilrek.
Dalam aksinya, massa meminta ketua
MWA Sofyan Effendi untuk turun dari jabatan ketua MWA. Untuk menggambarkan
kekecewaan tersebut, massa aksi membakar tiga keranda di depan rektorat UGM.
Dari contoh-contoh di atas dapat
dilihat bahwa pergerakan mahasiswa UGM sendiri sangat nyata dan melakukan
aksi-aksi tersebut bukan tanpa latar belakang yang jelas. Pergerakan mahasiswa
juga tidak hanya dalam hal aksi-aksi yang biasa dilihat oleh masyarakat luas. Selain
lewat jalur diplomatis, pergerakan mahasiswa juga nampak dalam prestasinya.
Lewat berbagai lomba dan penelitian yang dilakukan, mahasiswa UGM membawa nama
baik dirinya dan lingkungannya. Banyak juga pengabdian terhadap masyarakat yang
dilakukan oleh mahasiswa. Tujuannya agar mahasiswa dapat bersinergi dengan
rakyat. -Rafika Fitri Qonita-
0 komentar:
Posting Komentar