Pages

Selasa, 23 Oktober 2012

Pergerakan Mahasiswa Nasional


Sangat banyak pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional yang berpengaruh pada perubahan-perubahan yang ada di negeri ini. Reformasi ‘98 dan Mahasiswa. Dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam peristiwa bersejarah tersebut. Namun, mahasiswa tidak hanya melakukan aksinya pada reformasi ’98. Tahun-tahun sebelumnya juga banyak aksi-aksi besar yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa.

1928
Para motor penggerak era ini adalah pemuda Indonesia yang berasal dari kelas menengah, cerdas, berkecukupan secara ekonomi, dan terdidik. Mereka bergerak, berani mengambil resiko, hanya karena satu alasan dan untuk satu tujuan, yaitu "Indonesia" sebagai bangsa, negara, dan bahasa.

Akhir 1950 sampai 1960-an
Pada era inilah Soe Hoek Gie dan kawan-kawan beraksi, menggulingkan era Soekarno, yang pada akhirnya digantikan menjadi "Rezim Soeharto". Gie menolak duduk di kursi parlemen, seperti yang dilakukan beberapa teman. Pembelajaran dari pergerakan mahasiswa era ini adalah jangan pernah menuntut suatu sistem untuk berubah, tanpa "si perubah" itu bekerja di dalamnya. Yang dipercaya belum tentu mengerti "esensi" perubahan itu sendiri. Gie memang sangat konsisten dengan prinsipnya "lebih baik mati dalam keterasingan, daripada hidup dalam kemunafikan”. Dan tidak semua orang atau mahasiswa bisa konsisten dengan prinsipnya, apalagi dalam keadaan seperti pada waktu itu.

1978
Pada Rezim Soeharto militer menjadi kekuatan yang super power. Dwi fungsi ABRI. ABRI menjalankan fungsi pertahanan dan keamanan sekaligus, padahal keduanya jelas berbeda. Pertahanan jelas kepada kekuatan lapangan, defensive dan identik dengan "persiapan jika kita harus berperang karena diserang", sedangkan keamanan lebih pada menjaga ketertiban masyarakat, mengayomi, serta security. Pada masa itu ABRI pun boleh menjadi bagian kelengkapan negara, padahal ABRI seharusnya menjadi aparatur negara.
Pemerintah, yang identik dengan kekuatan militer, memberanggus kebebasan mahasiswa untuk berpikir dan berkumpul. terjadi masa-masa frustasi, dimana pergerakan lebih banyak dilakukan secara diam-diam dan tersembunyi.
Dapat dibayangkan seperti apa keadaan pada waktu itu, walaupun kemungkinan besar keadaan pada saat itu lebih parah dari apa yang kita bayangkan sekarang. Namun para mahasiswa tetap gigih pada prinsip dan tujuan mereka untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.

1980 sampai 1990
Pada era ini, mahasiswa sangat aktif berdiskusi dalam kelompok kecil, secara diam-diam, pergerakan dilakukan secara "bergerilya" karena sebegitu dilarangnya terjadi pergolakan dalam pemerintahan. Mahasiswa melakukan tukar-menukar buku berkonten ideologi kritis yang mana menuntut adanya perubahan secara nyata, peran secara nyata, bukan hanya teori belaka.

1996
Titik kulminasi, saat kantor salah satu partai politik diserang, dengan alasan yang sangat politis. Tetapi pergerakan pada saat itu mengalami kegagalan.

1997
3000 mahasiswa UGM turun ke jalan, sebuah sejarah besar, bagi Indonesia dan UGM sendiri. Basecamp pergerakan mahasiswa terpusat pada tiga titik pada saat itu, yakni di UI (Keluarga Besar UI, tandingan BEM UI yang "dikontrol" pemerintah), ITB, dan IPB.

1998
April-Desember ribuan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan. Bukan hanya pergerakan mahasiswa, namun pergerakan sosial. Di tengah perjuangan para demonstran yang menuntut keadilan (atas tragedi Semanggi dan Trisakti), menuntut reformasi Indonesia, sekolompok ibu-ibu membuat nasi bungkus untuk makanan demonstran, tim relawan turun ke jalan, ke rumah-rumah untuk membantu rehabilitasi kejiwaan keluarga korban. Inilah titik puncak perjuangan mahasiswa, perjuangan rakyat Indonesia, dalam memperjuangkan keadilan dan keinginannya untuk merdeka dan maju.

Dari beberapa contoh di atas, dapat dilihat bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa memang sudah sangat nyata dan jelas sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Mahasiswa bukan hanya melakukan pergerakan untuk melawan masalah-masalah atau hal-hal yang kecil saja, mahasiswa juga tidak hanya sekedar melakukan aksi, tapi mahasiswa melakukan itu semua karena adanya prinsip, tujuan, cita-cita, dan hal-hal penting lain yang dijadikan alasan. Mahasiswa UGM juga berperan dalam pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional. Seperti contoh di atas, saat 3000 mahasiswa UGM turun ke jalan, itu adalah sebuah bukti bahwa mahasiswa UGM sendiri juga ikut berpartisipasi di dalam pergerakan mahasiswa nasional.

-Rafika Fitri Qonita-

0 komentar:

Posting Komentar