Pages

Jumat, 16 November 2012

Isu Kesehatan SJSN


Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengamanatkan bahwa setiap orang atau warga negara berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.  Untuk penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional telah dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). DJSN dalam UU diamanatkan berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Untuk pelaksanaannya perlu adanya Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). BPJS adalah Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan (Persero) Dana  Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN), Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).    
(SJSN) mengamanatkan penyelenggaraan 5 program jaminan, yaitu: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dari kelima program jaminan yang wajib menjadi prioritas SJSN adalah Jaminan Kesehatan. Sampai saat ini, cakupan kepesertaan program jaminan kesehatan baru mencapai 50% dari jumlah penduduk. Untuk mencapai total coverage (cakupan bagi seluruh rakyat) peserta wajib membayar iuran, kecuali warga miskin dibayar pemerintah. Oleh karena itu perlu partisipasi masyarakat untuk berkontribusi dalam pembiayaan jaminan kesehatan untuk saling bekerja sama menuju prinsip-prinsip SJSN, yaitu; kegotong royongan, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, kompabilitas, dan kepesertaan.
Sistem kesehatan Indonesia saat ini sangat tidak memihak kepada rakyat. Hal ini tercermin dari sistem pembayaran jasa per pelayanan yang diterapkan Indonesia, meskipun pelayanan tersebut disediakan di Rumah sakit publik. Standar biaya atas pelayanan dokter juga belum ada dan menambah ketidakpastian biaya pelayanan kesehatan. Harga obat-obatan yang beredar di Indonesia juga sangat mahal dan beragam meskipun memiliki kandungan yang sama. Di samping biaya tidak pasti tergantung merk obat yang diberikan ke pasien ini sudah jelas akan membuat biaya pengobatan menjadi semakin mahal. Rakyat Indonesia menghadapi ketidakpastian dan biaya yang semakin tinggi dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Indonesia masih bersifat you get what you pay for, masyarakat menerima pelayanan sesuai dengan apa yang dibayarkan sehingga bagi yang kurang mampu otomatis pelayanan yang diberikan adalah seadanya dan bagi yang kaya terkadang diberikan lebih dari yang dibutuhkannya. Pola seperti ini akan memudahakan pelayanan kesehatan untuk dikomersialisasi dan biaya untuk penyembuhan akan menjadi semakin mahal. Seharusnya pelayanan kesehatan lebih kepada kebutuhan dan diberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk penyembuhan.
Pembentukan jamkes SJSN secara pararel harus diikuti dengan penetapan standar biaya pelayanan kesehatan bagi dokter yang praktik di seluruh Indonesia. Penetapan standar biaya dokter ini akan meredam kenaikan biaya pengobatan dan secara otomatis akan menurunkan besaran kapitasi bagi para peserta jamkes SJSN, dalam hal ini adalah seluruh rakyat Indonesia. Kemudian hal terkait pengobatan yang penting di Indonesia adalah mahalnya obat-obatan, yang saat ini termahal di Asia Tenggara. Pemerintah perlu bekerja keras bagaimana menciptakan suatu sistem agar obat-obatan di Indonesia harganya bisa diatur.
Kemudian dalam hal memperoleh akses pelayanan kesehatan, tidak semua daerah di Indonesia memiliki fasilitas infrastruktur yang memadai begitu juga dengan tempat pelayanan kesehatan tidak ada di semua wilayah. Di daerah-daerah yang terpencil waktu dan biaya yang diperlukan untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sangat besar. Lebih parahnya lagi adalah di daerah tertentu hampir tidak ada puskesmas yang terjangkau secara logis dalam hal terjadi kejadian-kejadian yang gawat seperti kecelakaan dan lahiran bagi ibu hamil. Jika jamkes SJSN ini dilaksanakan tanpa mempedulikan ketersediaan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah maka akan menjadi sangat tidak adil.
Mengenai badan pelaksana jaminan sosial dalam hal jaminan kesehatan perlu dilaksanakan oleh badan yang kompeten dan memiliki pengalaman yang pasti di bidanganya. Ini akan sangat menunjang pelaksanaan jaminan kesehatan SJSN itu sendiri. Pemerintah tidak perlu membentuk BPJS dalam hal pelaksanaan jamkes SJSN, karena PT Askes berdasarkan UU SJSN adalah BPJS dan bisa diberikan penugasan sehubungan dengan pelaksanaan jamkes SJSN dengan UU SJSN maupun dengan sistem PSO terkait dengan PT Akses sebagai BUMN.
Jadi kesimpulannya jamkes SJSN adalah suatu sistem jaminan kesehatan yang perlu untuk segera direalisasikan di Indonesia. Realisasi ini akan sangat tepat jika diikuti dengan beberapa kebijakan terkait dengan pemerataan dan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah. Pemerintah perlu untuk menetapakan standar biaya pengobatan termasuk standar pelayanan dokter dan harga obat-obat, mendukung kemudahan akses pelayanan kesehatan dengan infrastruktur yang memadai dan terakhir menugaskan PT Askes sebagai BPJS dalam hal jaminan kesehatan untuk efisiensi bagi Pemerintah dan menjamin kualitas pelayanan SJSN.
Kita sebagai generasi penerus bangsa yang bergerak di bidang kesehatan juga harus ikut berpartisipasi dalam memajukan jaminan kesehatan di Indonesia, salah satunya dengan cara menetapkan tujuan mulia apa yang ingin kita capai ke depannya. Dengan adanya tujuan tersebut kita menjadi termotivasi untuk mempelajari dan mencari tahu tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bidang yang kita pelajari yang nantinya bisa diterapkan di masyarakat luas.
-Rafika Fitri Qonita-

Selasa, 23 Oktober 2012

Pergerakan Mahasiswa Nasional


Sangat banyak pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional yang berpengaruh pada perubahan-perubahan yang ada di negeri ini. Reformasi ‘98 dan Mahasiswa. Dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam peristiwa bersejarah tersebut. Namun, mahasiswa tidak hanya melakukan aksinya pada reformasi ’98. Tahun-tahun sebelumnya juga banyak aksi-aksi besar yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa.

1928
Para motor penggerak era ini adalah pemuda Indonesia yang berasal dari kelas menengah, cerdas, berkecukupan secara ekonomi, dan terdidik. Mereka bergerak, berani mengambil resiko, hanya karena satu alasan dan untuk satu tujuan, yaitu "Indonesia" sebagai bangsa, negara, dan bahasa.

Akhir 1950 sampai 1960-an
Pada era inilah Soe Hoek Gie dan kawan-kawan beraksi, menggulingkan era Soekarno, yang pada akhirnya digantikan menjadi "Rezim Soeharto". Gie menolak duduk di kursi parlemen, seperti yang dilakukan beberapa teman. Pembelajaran dari pergerakan mahasiswa era ini adalah jangan pernah menuntut suatu sistem untuk berubah, tanpa "si perubah" itu bekerja di dalamnya. Yang dipercaya belum tentu mengerti "esensi" perubahan itu sendiri. Gie memang sangat konsisten dengan prinsipnya "lebih baik mati dalam keterasingan, daripada hidup dalam kemunafikan”. Dan tidak semua orang atau mahasiswa bisa konsisten dengan prinsipnya, apalagi dalam keadaan seperti pada waktu itu.

1978
Pada Rezim Soeharto militer menjadi kekuatan yang super power. Dwi fungsi ABRI. ABRI menjalankan fungsi pertahanan dan keamanan sekaligus, padahal keduanya jelas berbeda. Pertahanan jelas kepada kekuatan lapangan, defensive dan identik dengan "persiapan jika kita harus berperang karena diserang", sedangkan keamanan lebih pada menjaga ketertiban masyarakat, mengayomi, serta security. Pada masa itu ABRI pun boleh menjadi bagian kelengkapan negara, padahal ABRI seharusnya menjadi aparatur negara.
Pemerintah, yang identik dengan kekuatan militer, memberanggus kebebasan mahasiswa untuk berpikir dan berkumpul. terjadi masa-masa frustasi, dimana pergerakan lebih banyak dilakukan secara diam-diam dan tersembunyi.
Dapat dibayangkan seperti apa keadaan pada waktu itu, walaupun kemungkinan besar keadaan pada saat itu lebih parah dari apa yang kita bayangkan sekarang. Namun para mahasiswa tetap gigih pada prinsip dan tujuan mereka untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.

1980 sampai 1990
Pada era ini, mahasiswa sangat aktif berdiskusi dalam kelompok kecil, secara diam-diam, pergerakan dilakukan secara "bergerilya" karena sebegitu dilarangnya terjadi pergolakan dalam pemerintahan. Mahasiswa melakukan tukar-menukar buku berkonten ideologi kritis yang mana menuntut adanya perubahan secara nyata, peran secara nyata, bukan hanya teori belaka.

1996
Titik kulminasi, saat kantor salah satu partai politik diserang, dengan alasan yang sangat politis. Tetapi pergerakan pada saat itu mengalami kegagalan.

1997
3000 mahasiswa UGM turun ke jalan, sebuah sejarah besar, bagi Indonesia dan UGM sendiri. Basecamp pergerakan mahasiswa terpusat pada tiga titik pada saat itu, yakni di UI (Keluarga Besar UI, tandingan BEM UI yang "dikontrol" pemerintah), ITB, dan IPB.

1998
April-Desember ribuan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan. Bukan hanya pergerakan mahasiswa, namun pergerakan sosial. Di tengah perjuangan para demonstran yang menuntut keadilan (atas tragedi Semanggi dan Trisakti), menuntut reformasi Indonesia, sekolompok ibu-ibu membuat nasi bungkus untuk makanan demonstran, tim relawan turun ke jalan, ke rumah-rumah untuk membantu rehabilitasi kejiwaan keluarga korban. Inilah titik puncak perjuangan mahasiswa, perjuangan rakyat Indonesia, dalam memperjuangkan keadilan dan keinginannya untuk merdeka dan maju.

Dari beberapa contoh di atas, dapat dilihat bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa memang sudah sangat nyata dan jelas sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Mahasiswa bukan hanya melakukan pergerakan untuk melawan masalah-masalah atau hal-hal yang kecil saja, mahasiswa juga tidak hanya sekedar melakukan aksi, tapi mahasiswa melakukan itu semua karena adanya prinsip, tujuan, cita-cita, dan hal-hal penting lain yang dijadikan alasan. Mahasiswa UGM juga berperan dalam pergerakan-pergerakan mahasiswa nasional. Seperti contoh di atas, saat 3000 mahasiswa UGM turun ke jalan, itu adalah sebuah bukti bahwa mahasiswa UGM sendiri juga ikut berpartisipasi di dalam pergerakan mahasiswa nasional.

-Rafika Fitri Qonita-

Sabtu, 20 Oktober 2012

Pergerakan Mahasiswa UGM



Untuk tugas minggu kedua ini soal ‘Pergerakan Mahasiswa UGM’. Ga banyak sih yang bisa aku masukin di sini. Tapi ga papa lah yaa daripada ga ada sama sekali. Selamat membacaaa ^^
Sebelum membahas tentang pergerakan mahasiswanya, kita perlu tau dulu, apa sih BEM KM UGM itu?
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) adalah organisasi intra kampus yang berdiri sejak tahun 1991. BEM KM UGM merupakan transformasi dari SMPT yang dievolusikan menjadi pemerintahan mahasiswa dan semenjak tahun 1998 memiliki perangkat negara mahasiswa yang lengkap. BEM KM UGM tahun 2012 memiliki kabinet Cinta, Cita, dan Karya yang dipimpin oleh Giovanni van Empel, mahasiswa FK UGM angkatan 2008. Sebagai gerakan mahasiswa dan organisasi mahasiswa, BEM KM UGM 2012 berusaha untuk mewujudkan pembangunan jati diri mahasiswa Gadjah Mada yang memiliki semangat perbaikan Indonesia dan UGM lewat cinta, cita, dan karya
Setelah tahu sedikit tentang BEM KM UGM, kita beralih ke salah satu kabar tentang mundurnya BEM KM UGM dari BEM SI. Memang hal ini sudah lumayan lama. Tapi mungkin masih ada beberapa orang, terutama mahasiswa-mahasiswa UGM yang belum mengetahuinya. Dari berita yang didengar, BEM KM UGM mundur dari BEM SI dikarenakan metode keduanya yang berbeda. Mungkin ada sedikit ketidakcocokan di antara keduanya, atau prinsip yang berbeda. Namun hal ini tidak membuat sesuatu yang ‘wow’ dari para anggotanya. Karena BEM SI sendiri adalah sebuah aliansi, bukan organisasi, dan sifatnya terbuka, sehingga memungkinkan BEM universitas manapun untuk masuk dan keluar.
Mahasiswa sudah terkenal dengan berbagai aksinya. Begitu pula dengan mahasiswa UGM sendiri. Sudah banyak aksi-aksi yang dilakukan. Sebagai contoh adalah aksi BEM KM UGM bulan Maret yang lalu tentang pemilihan rektor UGM.

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM, melakukan aksi longmarch dari kawasan bundaran UGM menuju gedung Rektorat,  Jumat, 9 Maret 2012. Aksi ini dimaksudkan sebagai bentuk pengawalan proses pemilihan rektor UGM 2012.
Koordinator aksi, Ahmad Rizky M. Umar, menuturkan, pemilihan rektor UGM merupakan momentum penting bagi kampus UGM di tengah nuansa transformasi dan modernisasi kampus yang menuai banyak kontorversi. Untuk itu, para mahasiswa melakukan konsolidasi dan kesatuan gerak untuk mendorong agar pada proses pemilihan rektor tersebut kepentingan mahasiswa bisa menjadi prioritas.
Setelah rangkaian rapat konsolidasi dan survey di dunia maya terhadap 400 responden, BEM KM UGM dan lembaga se-UGM merumuskan 8 cita untuk Gajah Mada yang terdiri dari 8 poin tuntutan mahasiswa. Tuntutan tersebut ditujukan pada siapapun rektor yang nantinya terpilih.
Poin tuntutan tersebut, di antaranya transparansi dan akuntabilitas, pendidikan karakter, pemerataan akses pendidikan, biaya kuliah berkeadilan, reformasi birokrasi, good university governance, evaluasi akademik, pembukaan ruang publik dan komunikasi.
Selain itu, ada aksi lain mengenai pemilihan rektor beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Garpu (Gerakan Mahasiswa Peduli UGM), yang menggelar aksi menggugat Pemilihan Rektor (Pilrek) UGM pada hari Rabu, 14 Maret 2012.
Aksi dilakukan sejak pukul 08.00 WIB dari Bundaran UGM. Dalam aksinya, Garpu membawa tiga keranda mayat sebagai simbol kematian demokrasi yang ada di UGM. Humas Aksi, Padhu mengungkapkan, pihaknya sangat kecewa dengan kinerja Panitia Ad-Hoc dan Majelis Wali Amanah dalam prosesi pemilihan rektor pada waktu itu. Pasalnya, PAH dan MWA dinilai tidak serius menggelar perhelatan mencari sosok orang nomor satu di UGM tersebut.
Dalam orasinya, ia menyatakan bahwa PHA menerapkan dualisme peraturan terkait pemilihan rektor kali ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya keputusan pembatasan usia calon rektor UGM. Selain itu, PAH dan MWA tidak serius untuk menyelenggarakan Pilrek.
Dalam aksinya, massa meminta ketua MWA Sofyan Effendi untuk turun dari jabatan ketua MWA. Untuk menggambarkan kekecewaan tersebut, massa aksi membakar tiga keranda di depan rektorat UGM.
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa pergerakan mahasiswa UGM sendiri sangat nyata dan melakukan aksi-aksi tersebut bukan tanpa latar belakang yang jelas. Pergerakan mahasiswa juga tidak hanya dalam hal aksi-aksi yang biasa dilihat oleh masyarakat luas. Selain lewat jalur diplomatis, pergerakan mahasiswa juga nampak dalam prestasinya. Lewat berbagai lomba dan penelitian yang dilakukan, mahasiswa UGM membawa nama baik dirinya dan lingkungannya. Banyak juga pengabdian terhadap masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa. Tujuannya agar mahasiswa dapat bersinergi dengan rakyat. -Rafika Fitri Qonita-

Jumat, 12 Oktober 2012

Siapa Aku?



Siapa aku? Fitri? Yaa aku Fitri. Fitri dengan segala kebaikan dan kekurangan yang ada. Mungkin sebenarnya sulit untuk menjelaskan, mendeskripsikan, memperkenalkan, atau menggambarkan tentang diriku sendiri. Barangkali akan lebih ditemukan banyak kekurangan-kekurangan daripada kebaikan atau kelebihan yang ada pada diriku ini.
Sebelum menceritakan blablabla tentang diriku, mungkin lebih baik memperkenalkan diri dulu kali yaa. Nama lengkap Rafika Fitri Qonita. Biasa dipanggil Fitri, tapi karena di kelas udah ada yang nama panggilannya Fitri, jadi kebanyakan sekarang ini teman-teman kuliah pada manggil Rafika. Lahir di Boyolali, 28 Maret 1995. Anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan dari TK sampai SMP di Boyolali, tapi untuk SMA aku memilih salah satu SMA di kota Klaten, dan akhirnya melanjutkan kuliah di Farmasi Universitas Gadjah Mada tercinta ini. Untuk perkenalan mungkin cukup itu aja, dan akan dilanjutkan  tentang ‘siapa aku?’. Di sini aku akan lebih menceritakan tentang sedikit sifat-sifat yang menurutku pribadi ada di dalam diriku dan juga dari pendapat beberapa orang.
Orang-orang yang pertama kali bertemu denganku, berpendapat bahwa aku adalah seorang yang pendiam. Ya memang aku tidak terlalu banyak bicara dengan orang yang baru dikenal, tapi sebenarnya kalau udah kenal, banyak bicara juga kok :D Untuk di depan orang banyak aku lebih cenderung diam sih daripada banyak bicara. Tapi itu jelek juga sebenarnya, aku menilai diriku sebagai orang yang kurang percaya diri. Aku sangat benci tentang hal itu, tapi untuk mengubahnya juga butuh proses yang lumayan lama. Walaupun begitu, aku tetap punya tekad buat ngerubah itu semua, dan aku harus bisa jadi orang yang percaya diri dan berani. Hal ini juga yang jadi alasan aku ikut organisasi, supaya melatih percaya diri, rasa tanggung jawab, keberanian, kepemimpinan, dan hal-hal positif lainnya.
Oke selanjutnya adalah ‘baik’. Menurutku kata baik belum bisa menggambarkan diriku. Ya walaupun aku mempunyai prinsip untuk benar-benar bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain. Tapi aku merasa belum bisa dikatakan baik jika dibandingkan dengan orang lain yang mempunyai kapasitas baik yang lebih. Tapi entah kenapa teman-temanku, khususnya teman-teman sekelas pada waktu SMA, mengecap diriku sebagai seseorang yang baik karena berbagai alasan. Sangat senang sebenarnya mendapat predikat itu. Dan oleh karena hal itu, aku akan berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan bisa mempertahankan kata ‘baik’ tersebut.
Tokoh kartun yang aku suka adalah sponge bob. Selain karena warnanya kuning yang merupakan warna favoritku, sponge bob menurutku adalah tokoh kartun yang selalu ceria dan selalu memulai harinya dengan kalimat ‘aku siap!’. Aku adalah orang yang ingin selalu terlihat ceria dan tidak mempunyai masalah di depan orang lain. Aku hanya akan menceritakan masalah-masalahku dengan orang-orang yang benar-benar bisa aku percaya, misal sahabat, tapi itu pun tidak semua masalah aku ceritakan kepada mereka. Terkadang karena aku jarang cerita dengan orang lain, sering banyak orang yang sesukanya memberi komentar  tentang diriku, padahal mereka tidak tahu alasan sebenarnya tentang sesuatu yang terjadi. Jika mengalami hal seperti itu, aku hanya tersenyum  dan meladeni omongannya. Aku sendiri mempunyai motto hidup ‘Janganlah larut dalam satu kesedihan, karena masih ada hari esok yang menyongsong dengan sejuta kebahagiaan’. Bukan berarti jika sedang sedih menghadapi suatu masalah, kita kemudian lari menghindari masalah tersebut. Tapi kita harus bisa move on dari masalah tersebut dengan mengambil pelajaran yang ada dan memulai  hari baru dengan semangat baru. Karena jika kita terlalu larut dalam satu kesedihan, tidak jarang kesedihan tersebut berpengaruh terhadap berbagai aktivitas kita, seperti kurang semangat dan kurang serius dalam mengikuti kuliah atau kegiatan lain, berdampak pada emosi yang bisa merugikan orang di sekitar kita, dan masih banyak lagi.
Mungkin hanya ini secuil tentang diriku. Bagi yang sudah mengenaliku dan mungkin ada beberapa yang kurang sesaui dengan pendapat kalian, aku minta maaf, ini hanya pendapatku, dan pendapat masing-masing orang itu berbeda ^^
-Rafika Fitri Qonita-

Sabtu, 08 September 2012

Arti Lambang UGM

Buat yang belum tahu, wajib nih tahu soal arti lambang UGM (Universitas Gadjah Mada), apalagi buat mahasiswa UGM adalah suatu keharusan hehee ^^ ARTI LAMBANG UGM Bentuk lambang UGM Bentuk lambang UGM bisa dibagi menjadi tiga, yaitu: • Pusat lambang. Ia berupa surya atau matahari yang berlubang dan memancarkan sinar dalam bentuk lima kesatuan kumpulan sinar. Setiap kesatuan kumpulan sinar terdiri dari sembilan belas sorot sinar. Warna surya dan sinar, kuning emas; • Dua lingkaran di tengah-tengah matahari. Lingkaran bagian dalam memuat huruf-huruf menyembul berbunyi GADJAH MADA. Lingkaran bagian luar memuat tulisan UNIVERSITAS pada bagian atasnya dan tulisan JOGJAKARTA pada bagian bawahnya. Kedua bentuk lingkaran ini bersusun, sehingga mirip surya kembar. Sedangkan lima kesatuan kumpulan sinar surya berbentuk Kartika atau Bintang Segi lima; • Lima songkok. Pada lambang dilindungi oleh lima songkok bewarna putih, yaitu topi kebesaran panglima. Di antara songkok-songkok tersebut terdapat lima tombak bewarna kuning. Lambang ini diwujudkan antara lain pada: • Pakaian Jabatan Guru Besar UGM dalam bentuk topi bersegi lima, di mana setiap seginya berbentuk songkok. Tepi balik toga berbentuk lima songkok pula. Sedangkan bagian punggung, leher, dada dan lengan terbuat dari beledru berwarna hitam, dengan lambang lima songkok pada leher dan lengan • Duaja Universitas, yaitu di atas alas berwarna kuning emas dan putih, dan • Tongkat pedel, yaitu di bagian ujung dan bersisi dua. Arti Lambang Sedangkan arti dari lambang tersebut bisa diuraikan dalam enam bagian, yaitu: 1. Surya dengan sinarnya dan kartika bersegi lima berwarna kuning emas melambangkan bahwa Universitas Gadjah Mada adalah Universitas Pancasila, Lembaga Nasional Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan bagi Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila, yang memancarkan ilmu pengetahuan. kenyataan dan kebajikan. 2. Titik pusat lambang berupa matahari berlubang atau "surya binolong". Kata "surya" mengandung makna angka "satu" dan "binolong" mengandung makna angka "sembilan", sehingga bentuk "surya binolong" atau matahari berlubang mengandung makna "satu" dan "sembilan", yang bisa dibaca 19. Setiap kesatuan kumpulan sinar pun terdiri atas sembilan belas sorot sinar, yang juga mengandung makna angka 19, tanggal pendirian UGM. 3. Dua bentuk lingkaran bersusun yang melingkari lubang titik pusat lambang di dalam lima kesatuan kumpulan sinar surya berbentuk bintang segi lima, yang serupa dengan surya kembar di dalam Kartika atau Bintang. Kartika me. ngandung makna "satu" dan surya kembar mengandung makna "dua", sehingga bentuk surya kembar ini mengandung makna angka satu dan "dua", yang bisa dibaca 12. Angka 12 ini adalah nomor bulan Desember, bulan pendirian UGM. 4. Songkok dan Tombak masing-masing berjumlah lima melingkungi Surya dan Kartika, melambangkan sifat pahlawan dan perjuangan nasional UGM yang selalu siap sedia dan waspada. Keseluruhannya diliputi dan diresapi Pancasila, semuanya itu melambangkan sifat UGM sebagai monumen perjuangan Pancasila berdasarkan Pancasila. 5. Kesatuan kumpulan Sinar, Segi Kartika, Songkok, dan Tombak, masing-masing berjumlah 5 (lima). Semuanya melambangkan Pancasila, sehingga UGM memiliki dasar, sifat, dan tujuan, hakekat pahlawan serta perjuangan nasional demi Pancasila. 6. Warna putih melambangkan sifat kesucian. Warna kuning emas melingkari warna putih pada hakikatnya merupakan satu "sengkalan memet", yaitu rumusan kata-kata yang menyiratkan pertalian makna warna putih dan warna kuning emas, yang berbunyi: murnining suci margining kanyatan atau kemurnian kesucian adalah jalan kenyataan. Katimat ini melambangkan angka tahun 1949, yaitu tahun pendirian UGM. Kata "Murni" mengandung angka 9; "Suci"dilambangkan angka 4; " Marga" dilambangkan angka 9, sedangkan "kenyataan" dilambangkan angka 1. Semua ini,bila dibaca dari belakang, mempunyai nilai 1949. http://www.google.co.id/search?q=arti+lambang+UGM&hl=id&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=37IgUKSvN4ftrAfwrIC4CA&ved=0CFMQsAQ&biw=1280&bih=586

Kamis, 06 September 2012

Bowl of Hygeia

Kemarin udah arti Gedung Pusat UGM, sekarang pindah ke Farmasi yak :D Tahu kan lambang di apotek-apotek yang ada mangkuk sama ularnya itu... Bowl of Hygeia namanya, mungkin udah banyak juga yang tahu, tapi buat yang belum tahu, mungkin bisa mbaca-mbaca dikit lah dari sini ^^ Gelas/mangkuk (cup atau bowl) yang ada di lambang farmasi adalah milik Hygeia, yakni seorang anak dari Asclepius (Dewa pengobatan dan penyembuhan dalam mitologi yunani), dan Hygeia adalah dewi kesehatan, kebersihan dan sanitasi. Sedangkan Ular yang melilit mangkuk, merupakan staf dari Asclepius. Ascleipus bertemu dengan ular tersebut pada suatu hari ketika Ascleipus dipanggil untuk menyembuhkan seorang laki-laki yang sekarat di dalam rumah, ia mengurung diri bersama lelaki itu di kamarnya.. memang sudah terlambat, lelaki itu telah meninggal.. Tetapi ketika Asclepius mulai putus asa, tiba-tiba datang seekor ular mendekati tongkatnya. Karena kaget, Asclepius pun membunuhnya. Lalu datanglah ular kedua, membawa selembar daun yang kemudian menghidupkan kembali ular yang sebelumnya tewas. Ular yang membawa daun itu kemudian melilit di tongkat Asclepius, dan Asclepius menggunakan daun yang dibawa ular itu untuk menghidupkan lelaki yang telah meninggal tersebut. Sejak saat itu, ular kedua yang datang tersebut menjadi staf dari Ascleipus. Kemudian secara keseluruhan, lambang farmasi (bowl of Hygeia) merupakan patung yang menggambarkan dewi Yunani-Hygieia yang sedang memegang mangkuk dengan ular jinak yang mengitarinya dan seolah minum dari mangkuk tersebut. Beberapa orang berpendapat bahwa mangkuk Hygeia dan ular merupakan simbol keseimbangan alam di muka bumi. Ular menggambarkan pasien yang bebas memilih untuk mengobati dirinya sendiri atau tidak. Menurut kepercayaan Yunani kuno, ular yang melilit pada mangkuk menggambarkan kebijaksanaan dan kesembuhan. Hal ini dikarenakan ketika orang mati akan berada pada alam baka yang entah baik atau buruk dan ular dipercaya bisa berkomunikasi dengan orang mati tersebut. Bahkan ular juga dipercaya bisa membawa jiwa orang yang telah meninggal untuk membantu kehidupan. -Rafika Fitri Qonita- Sumber: http://siskhana.blogspot.com/2010/01/arti-lambang-farmasi-bowl-of-hygiea.html http://chaerunasa.blogspot.com/2010/06/arti-dari-lambang-farmasi-apotek.html

Rabu, 05 September 2012

Arti Gedung Pusat UGM

Sebelumnya belum begitu tahu dan tidak tahu juga kalo ternyata Gedung Pusat UGM ada artinya tersendiri. Tapi karena ada tugas dari p2smb (sebutan ospek kami), sontak para GaMaDa (sebutan maba UGM) fakultas farmasi 'googling' dan mencari-cari apa arti sebenarnya dari Gedung Pusat itu sendiri. Dan ini dia hasilnya... ARTI GEDUNG PUSAT UGM
Gedung Pusat menghadap ke utara, menghadap Merapi. Menghadap ke utara itu bermakna menyambut datangnya Budha. Rakyat Majapahit percaya bahwa Budha ada tiga, yaitu Budha Utara atau Budha dahulu, Budha Tengah atau Budha sekarang, dan Budha Selatan atau Budha yang akan datang. Mereka percaya Budha datang dari utara, dan Ratu menyambut Budha. Memang ada pertalian antara UGM dengan kerajaan Majapahit. Ini dikarenakan nama besar Gadjah Mada yang disandang oleh UGM. Karena berkiblat ke Majapahit maka pola-pola Majapahit, pada waktu itu, banyak digunakan sebagai landasan, termasuk di antaranya ketika membangun Gedung Pusat UGM. Lazimnya kerajaan pada masa lalu yang dibangun selalu berdekatan dengan sumber air maka lokasi pembangunan Gedung Pusat UGM pun dipilih berdekatan dengan sumber air, yaitu kawasan lembah UGM. Karena seperti membangun istana Majapahit, gedung Pusat UGM juga dibangun lengkap dengan pilar-pilar besar. Gedung Pusat UGM, yang berarsitektur Indisch (gaya arsitektur yang lazim digunakan pada masa itu) memiliki makna filosofi yang tinggi. Pilar-pilar besar itu menggambarkan karakter disiplin, wibawa, keteraturan, dan kekuatan. Tata tamannya berkonsep minimalis, semua serba teratur, simetris, hanya dihiasi cemara dan rumput. Lalu ada pula ornamen lung-lungan. Arsiteknya benar-benar sangat cermat. Karenanya, peninggalan sejarah ini tidak boleh diubah apalagi dirusak. Rencana semula atap Gedung Pusat UGM akan dibuat flat. Namun Senat Universitas saat itu menghendaki model atap rumah Jawa, yaitu limasan. Dalam konsep Budha atau Hindu ada istilah pencerahan. Interaksi dalam diri manusia, interplay, lalu ke atas, menuju Tuhan, begitu alasannya. Sebagaimana Gedung Pusat UGM, tata jalan di dalam kawasan kampus UGM juga diarahkan menuju utara, menuju Merapi. Di halaman Gedung Pusat UGM juga ditanam pohon bodhi, yang diperoleh dari hasil stek pohon bodhi yang ada di candi Borobudhur. Gedung Pusat UGM didirikan sesuai dengan kosmologi Jawa, dengan sumbu Kridosono-Boulevard-Lapangan Pancasila-Gedung Pusat UGM-Merapi, sejajar dengan poros utama Laut Selatan-Panggung Krapyak-Keraton-Malioboro-Tugu-Merapi. Tata ruang Gedung Pusat menghadap ke utara, arah Merapi, berdasarkan falsafah Tri Hitta Karana. Supaya tidak terkesan membelakangi Kraton Yogyakarta, marga utama ke Gedung Pusat UGM dibuat di sebelah selatan, yakni Boulevard UGM. Pembangunan kampus UGM dilengkapi dengan alun-alun yang saat ini menjadi Lapangan Pancasila. Sumber: